Pengaruh Inggris (Revolusi industri)
Sepeti halnya di belahan dunia lain, perkembangan olah raga di Indonesia juga diharubirukan oleh peristiwa politik dan perkembangan teknologi di Eropa khususnya. Di Batavia misalnya, kekalahan Napolen di Waterloo pada tahun 1815, era Reolusi Industri tahun 1760-1860, Perang Candu 1839-1842, sampai penemuan Terusan Suez 1869 bisa pula mengoyak-ngoyak tatanan komunitas tertentu.
Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905 tentu saja membangkitkan bangsa-bangsa Asia yang kebanyakan menjadi korban penjajahan. Itulah yang menjadi inspirasi Boedi Oetomo muncul dengan isu sosial-kultur pada tahun 1908. Demikianlah efek Perang Candu bagi komunitas Hoakiau.Di pihak lain, negara Inggris contohnya, tak bisa dipungkiri, adalah ibu dari olah raga modern.
Ini mungkin yang menjadi argumentasi Maarten van Bottenburg dalam Global Games: “Semangat ekspansi Barat disebarkan dengan cepat ke seluruh penjuru dunia. Di manapun ada kegiatan perdagangan, pekerja pendatang, pekerja pendatang, kemapanan pemerintahan kolonialisme, mereka segera saja membangun klib2 olahraga yang tujuannya mempertemukan sesama Barat di negeri asing, penopang pertalian budaya dengan negara induknya, dan untuk relaksasi setelah seharian bekerja keras”.
Sepeti halnya di belahan dunia lain, perkembangan olah raga di Indonesia juga diharubirukan oleh peristiwa politik dan perkembangan teknologi di Eropa khususnya. Di Batavia misalnya, kekalahan Napolen di Waterloo pada tahun 1815, era Reolusi Industri tahun 1760-1860, Perang Candu 1839-1842, sampai penemuan Terusan Suez 1869 bisa pula mengoyak-ngoyak tatanan komunitas tertentu.
Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905 tentu saja membangkitkan bangsa-bangsa Asia yang kebanyakan menjadi korban penjajahan. Itulah yang menjadi inspirasi Boedi Oetomo muncul dengan isu sosial-kultur pada tahun 1908. Demikianlah efek Perang Candu bagi komunitas Hoakiau.Di pihak lain, negara Inggris contohnya, tak bisa dipungkiri, adalah ibu dari olah raga modern.
Ini mungkin yang menjadi argumentasi Maarten van Bottenburg dalam Global Games: “Semangat ekspansi Barat disebarkan dengan cepat ke seluruh penjuru dunia. Di manapun ada kegiatan perdagangan, pekerja pendatang, pekerja pendatang, kemapanan pemerintahan kolonialisme, mereka segera saja membangun klib2 olahraga yang tujuannya mempertemukan sesama Barat di negeri asing, penopang pertalian budaya dengan negara induknya, dan untuk relaksasi setelah seharian bekerja keras”.
Bahkan, dengan tendensius, dalam Sport in Global Society disebutkan tidak adanya perkembangan yang pesat di dunia ini selain bahasa Inggris, olah raga , dan telnologi.Di negara Indonesia, dua kekuatan asing yang paling “bermain” tidak lain adalah Belanda dan Inggrs. Walaupun secara historis kita dijajah oleh Belanda, pada kenyataannya negara Inggris-lah yang mutlak memenangi persaingan. Penyebabnya karena negara Inggris-lah penemu olahraga secara global.
Sejak pertengahan abad ke -19, Britania Raya sudah mengukuhkan diri sebagai penemu dan krtor sepakboal, tenis meja, rugbi, kriket, bulu tangkis, golf, atau hoki. Mereka juga sukses mengkreasi tinju, balap kuda danatau dayung. Semua olahraga ini bisa tumbuh dengan subur lantaran di era Revolusi Industri, pertumbuhan kelas menengah atau working-class di dalam negri sangat pesat kemajuannya. Kemudian para teknokrat dari perguruan tinggi top di negara Inggris menatanya dengan standar dan peraturan agar menjadi beradab atau elite.
Ketika keran industrialisasi dibua dan dialirkan seluruh dunia, katakanlah melalui kereta api yang mereka temukan.
Hal ini terjadi juga d Jakarta ketika perusahaan2 Inggris membangun jalur rel kereta api pertama dari kota Semarang ke kota Yogyakarta pada tahun 1867, kota Jakarta ke kota Bogor pada tahun 1873 atau telegraf Jakarta – Bogor pada tahun 1857, kawat laut ke negara Singapura pada tahun 1859, saluran telepon lokal pada tahun 1880 dan interlokal pada tahun 1896. Juga bank Chartered Bank tahun 1871 dan bank Hong Kong Shanghai Bank pada tahun 1875.
.jpg)
