Hai... para pembaca yang
setia, kali ini kami akan mengulas beberapa hal tentang sepakbola di negara
Indonesia, yairtu tentang para pemimpin PSSI di tiga dekade ini yang mempunyai
misi yang jelas, tegas dan mulia. Para pemimpin di tubuh PSSI dan anggota-anggotanya
berusaha semaksimal mungkin demi kemajuan sepakbola dalam negeri, tanpa berharap
akan balasannya.
Konsisten dalam program, tegas
serta jelas mengenai konsep permainan, berwibawa dan transparan atas pemilihan
pemain sehingga yang namanya bongkar pasang tim, walau pelatihnya ganti,
mustahil terjadi kecuali jika pemain pensiun atau mati.
Sebaliknya, saking bergengsinya perasaan pesepakbola bisa mencelat tidak karuan bila kemudian ia dipanggil ke tim nasional, bangganya bukan main. Apalagi kalau pulang kerumah sehabis mengikuti training centre di Jakarta, si pemain sudah ogah lagi makan ikan asin kegemarannya!.
Seklumit cerita tentang
bagaimana kondisi tim nasional.
Mang Kos menjelaskan PSSI dulu, ketika masih menjadi manajer tim nasional, bulan Mei 1951, “Wah, rasanya sudah hebat! Keluar negeri!” ungkapnya dalam buku kenangan “80 Tahun Bapak” yang berisi sepak terjang Menteri Sosial RIS (1949-1950) itu di kancah sepak bola nasional.
Walau Cuma ke Singapura,
seluruh anggota rombongan merasa bangga luar biasa. Dan ini merupakan
perjalanan ke luar negeri kedua bagi PSSI setelah ke Asia Games 1950 di New
Delhi. Karena sifatnya tur, tak ada anggaran yang berasal dari negara,
keseluruhan biaya ditanggung oleh PSSI.
Memang materi pemain bisa dibilang biasa, namun kita harus bangga karna pada waktu itu cukup dengan semangat menggebu bagaikan api yang tak pernah padam. Hal itu Terlihat dari wajah hampir semua pemain dan kru dan juga masyarakat yang melepas kepergian, cuma ini lah modal utama timnas saat itu. (semangat yang jarang di jaman modern saaat ini!!)
Dan Perlengkapan yang dibawapun
sungguh memprihatinkan, yaitu 2 stel seragam; kaus merah-putih dengan logo
garuda di dada sebelah kiri, celana berwarna putih putih dan kaus kaki berwarna
strip merah putih, rombongan membawa juga baju resmi, kemeja dan pantalon putih
lengan pendek. Lambang PSSI-nya diberi peniti agar bisa dicopot pasang sesuai
dengan keperluan.
Yang unik lagi, desain kostum PSSI era 50-an persis dengan kostum atau kaos bola Arsenal sekarang(klub Liga Inggris). Tapi jangan ditanya sepatu bolanya broo. Pada Waktu itu merek yang paling terkena di Jakarta adalah bikinan toko sepatu Tjan Fung di daerah senen. Kuat, tapi keras dan berat.